banner 728x90
Daerah  

Menelusur Tujuan Bupati Achmad Fauzi Dorong Reaktivasi Jalur Kereta Api, Terselip Unsur Pencitraan?

Reaktivasi Jalur Kereta Api Madura Dianggap Agenda Pencitraan. (Foto: Ist)
banner 468x60

Sebuah Pengantar 

Baru-baru ini, usulan mereaktivasi jalur kereta api Madura telah menjadi buah bibir yang ramai diperbincangkan.

banner 336x280

Semua pasang mata mencoba menerka-nerka, bagaimana dampak dan manfaat jika usulan tersebut benar-benar hadir di tengah-tengah masyarakat. 

Dari kalangan akademik hingga kalangan aktivis, perbincangan tersebut tak sedikit menuai pandangan kontra. 

Terlepas bagaimana pandangan tersebut lahir (objektif dan subjektif), komentar miring kemudian deras dilayangkan pada pendorong reaktivasi jalur kereta api, Bupati Sumenep Achmad Fauzi. 

Komentar ini disuarakan oleh Aliansi Mahasiswa Sumenep, di Jalan Adirasa, Desa Kolor, Kecamatan Kota pada Kamis (4/5/2023) pagi. 

Aliansi Mahasiswa Sumenep menilai, dorongan Bupati Fauzi adalah bagian dari rangkaian memperoleh simpati dan perhatian masyarakat. 

Tak hanya itu, Suami Nia Kurnia Fauzi itu dinilai sibuk dengan kegiatan-kegiatan berbau pencitraan. 

Apa Ada Unsur Pencitraan – 

Secara leksikal, pencitraan merupakan cara atau upaya dalam membentuk mental pribadi untuk menggambarkan sesuatu. 

Dari arti ini, mahasiswa mungkin menyebut Bupati Sumenep Achmad Fauzi tidak mempertimbangkan aspek-aspek buruk, apabila reaktivasi jalur kereta api hendak diwujudkan. 

Mahasiswa mungkin menilai, kepentingan mereaktivasi kereta api adalah kepentingan memuluskan citra bupati semata. 

Mari memahami bagaimana maksud dan tujuan orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep tersebut, untuk mereaktivasi kereta api, dengan kerancuan berpikir suatu kelompok tertentu dalam memahami diksi ‘pencitraan’. 

Politisi PDIP itu menegaskan, usulan mereaktivasi bukanlah kepentingan untuk dirinya sendiri, bahkan, juga bukan untuk kepentingan untuk warganya di Bumi Sumekar. 

Lebih daripada itu semua, reaktivasi jalur kereta api akan bermanfaat untuk warga Pulau Madura. Empat kabupaten tersebut bakal panen keuntungan secara ekonomi. 

“Tapi saya tidak berpikir khusus masyarakat saya, saya berpikir ini untuk Madura. Hanya kebetulan yang menyampaikan Bupati Sumenep,” ujarnya. 

“Harapan kami dengan adanya reaktivasi jalur kereta ini banyak perubahan-perubahan khususnya terkait pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura ini,” lanjutnya. 

Dari pernyataan ini, saya kemudian berpikir bahwa benar adanya jika Bupati Achmad Fauzi diklaim ingin membangun kekuatan pencitraan. Tetapi, saya tegaskan. Pencitraan ini bukanlah untuk dirinya sendiri. Tidak.

Pencitraan seperti dimaksud adalah untuk warga di empat kabupaten di Pulau Madura. Bahwa citra sebagai ‘orang Madura’ penting untuk digalakkan. 

Bahwa citra Madura harus diperkuat melalui reaktivasi jalur kereta api. Bahwa Madura pantas memiliki kereta api. Dan orang-orang Madura yang merantau di luar kota sana, akan lebih percaya diri dalam menyuarakan identitasnya. 

Bayangkan, jika reaktivasi jalur kereta api benar-benar diwujudkan. Maka semua perantau asal Madura akan terus mengulang-ulang kata, “Madura sudah punya kereta api loh,”dan “ayo naik kereta api ke Madura,”. 

Minimnya Kepedulian – 

Seseorang terkadang tidak benar-benar menyadari bahwa warga Madura yang hidup di perantauan menjalani kehidupan yang sangat pelik. Bahkan, mungkin tak sama sekali mempedulikannya. 

Setiap kali mudik lebaran, saya selalu mendapat keluhan dari para perantau, tentang macet yang mengakibatkan mereka terlambat pulang.

Sehingga, para perantau ini terpaksa mempertebal kesabaran untuk segera memeluk ibu, ayah dan sanak familinya. 

“Kalau sudah macet, ya harus sabar, padahal sudah jelas ditunggu sanak famili di kampung,” ungkap salah satu teman, dengan nada pasrah.

Seperti diketahui, jauh sebelum Achmad Fauzi menjadi bupati, dirinya pernah berjuang keras di perantauan.

Dari sisi pengalaman tersebut, wajar jika Achmad Fauzi ingin membantu para warga di Pulau Madura, yang masih berjuang di kota-kota besar, melalui usulan reaktivasi jalur kereta api. 

Dikatakannya, selain berharap perekonomian warga Madura lebih baik, usulan mereaktivasi jalur kereta api diharapkan mampu menjadi solusi untuk efisiensi biaya dan transportasi masyarakat. 

Melalui sumber yang terpercaya, jalur kereta api ini menghubungkan Stasiun Kamal di ujung barat Madura sampai Stasiun Kalianget di Sumenep. 

Lalu, dana yang telah disiapkan diperkirakan mencapai Rp 3,37 Triliun, bersumber dari dana Badan Usaha Milik Negara (BUMN). (***)

Opini oleh : Al-Qarni || Jurnalis Sumenep

banner 336x280
banner 728x90
Exit mobile version