banner 728x90

Pakar Kopi Dunia Kagum pada Perdes Petik Merah Era Kejayaan Perkebunan Margosuko di Dampit 

Pakar Kopi Dunia Manuel Diaz, hadir atas undangan Akartana Coffee untuk memberikan edukasi budidaya kopi pada petani kopi di Dampit, Rabu (31/08/2022). (Foto: Rubrika)
banner 468x60

MALANG – Pakar Kopi Dunia Manuel Diaz mendapat sambutan yang hangat dari petani saat mengunjungi perkebunan kopi di Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (31/8).

Manuel Diaz, Instruktur Coffee Quality Institute (CQI) hadir atas undangan Akartana Coffee untuk memberikan edukasi budidaya kopi pada petani kopi di Dampit, sebuah daerah yang terkenal dengan produksi kopi robusta-nya sejak 1922.

banner 336x280

“Kopi Robusta bukan kopi kelas dua, bedanya dengan Arabika itu soal varietas, jadi seharusnya petani dalam membudidaya kopi robusta tidak perlu minder, dan perlakuannya seharusnya sama dalam hal perawatan, panen, hingga pasca panen,” kata Manuel Diaz, yang punya lembaga ONA Consulting di Meksiko.

Ia telah memberi pelatihan kopi sejak 1988, terutama cupping dan roasting di berbagai negara di dunia, seperti USA, Guatemala, Italia, Uganda, Korea Selatan hingga Indonesia.

Manuel Diaz menambahkan, jika petani melakukan upaya terbaik dari proses penanaman, perawatan hingga pasca panen, maka pasti juga hasilnya atau harga bisa baik. 

“Apalagi di Dampit ini punya sejarah yang kuat, usia perkebunannya sudah 100 tahun, itu menjadi nilai lebih,” tambah Diaz yang menguasai empat bahasa, Spanyol, Inggris, Italia dan Portugis.

Pakar Kopi Dunia Manuel Diaz Saat Mengunjungi dan Melihat Mesin Pabrik PT Margosuko di Dampit yang Sudah Ada Sejak Tahun 1922. (Foto: Rubrika)

Sementara itu, Pemilik Akartana, Rizal Kertosastro, mengatakan pada era perkebunan Margosuko masih beroperasi di Dampit memiliki Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur soal petik merah.

“Jadi kalau misalkan pekan ini petani memanen sebatang pohon pada hari Senin, maka harus dikasih jeda satu pekan lagi untuk panen selanjutnya atau Senin depannya, kalau tidak petani bisa kena sanksi,” jelas Rizal.

“Memang Margosuko sempat vakum, maka Perdes tersebut sekarang tidak diberlakukan lagi. Saya mendengar keluhan petani, maka ikhtiar saya mendirikan Akartana ini karena ingin meneruskan apa yang telah dilakukan eyang dan bapak saya di Margosuko,” tambah Rizal.

Haryono, seorang petani di Dampit mengamini soal Perdes tersebut. Dulu mereka mau mengikuti Perdes karena mendapatkan harga yang layak dari Margosuko.

“Mungkin kelihatannya ribet, tapi ya nggak apa-apa, karena jerih payah petani mendapatkan harga yang layak,” ungkap Haryono.

Akartana sendiri sudah memiliki rencana yang matang untuk kembali menghidupkan perkebunan Margosuko di Dampit yang memang telah berdiri sebelum era Kemerdekaan RI.

Tahap awal, pada akhir tahun, Akartana akan menanam kembali 9 hektar Kopi Robusta dan akan terus melakukan perluasan di kawasan perkebunan, yang sekarang beralih fungsi menjadi kebun tebu.

Kondisi pabrik pengolahan yang sudah menua juga akan mulai diremajakan. Sejumlah langkah awal perkakas kantor sudah mulai disiapkan untuk administrasi dan pengaktifan perkebunan.

Dengan kembalinya pabrik pengolahan biji kopi Margosuko diharapkan dapat membantu petani meningkatkan kualitas biji Kopi Robusta Dampit maupun pemasaran biji kopi tersebut.

banner 336x280
banner 728x90
Exit mobile version