banner 728x90
Opini  

Urgensi Literasi di Indonesia

Opini oleh: Nina Dwitya Febriyanti
banner 468x60

RUBRIKA – Iqra artinya Bacalah. Kata ini adalah wahyu pertama umat Islam dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril. Kata ini menduduki posisi penting dalam Al Qur’an  sebagai kitab suci umat Islam karena untuk dapat memahami seluruh wahyu atau firman Tuhan, kita harus membacanya. Tidak sekedar perintah membaca, dalam Al Qur’an juga terdapat kalimat yang diulang berkali-kali sebagai penekanan untuk berpikir seperti Afalâ Ta‘qilûn (Tidakkah kamu mengerti?), Afalâ Tatafakkarûn (Apakah kamu tidak memikirkan(-nya?) , Afalâ tatadzakkarûn (Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?). Kalimat ini adalah perintah Tuhan untuk manusia agar berpikir kritis. Jadi membaca dan berpikir kritis adalah satu kesatuan yang diperintahkan Tuhan kepada manusia sebagai satu-satunya mahluk yang memiliki akal. Dalam hal ini Islam sangat menekankan pentingnya kegiatan membaca dan berpikir. Secara sosiologis dapat dijelaskan melalui Teori Konstruktivisme dimana pembelajaran terjadi ketika siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Jean Piaget, salah satu pengulas Teori Konstruktivisme memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka. proses tumbuh dan berkembangnya pengetahuan melalui pengalaman. Dalam konteks ini pengalaman dapat diperoleh dari literasi yang berarti siswa terlibat aktif dalam membaca, menulis, dan berdiskusi.

Dalam sejarah peradaban umat manusia, membaca adalah titik awal dan utama yang merupakan gerbang kawah candradimuka manusia memasuki zaman Sejarah/aksara yaitu zaman dimana manusia telah mengenal tulisan sehingga tingkat kebudayaannya pun sudah lebih tinggi dari masa sebelumnya yang hanya berfokus pada kebendaan. 

banner 336x280

Sebuah ungkapan yang terkenal menyatakan bahwa membaca adalah membuka jendela dunia. Dengan membaca membuat manusia dapat mempelajari hal-hal yang baru.Kebiasaan membaca memperkaya wawasan-pengetahuan dan karakter seseorang. Seperti ilmu padi, semakin matang akansemakin merunduk. Maka orang yang banyak membaca akansemakin berilmu dan menjadi bijaksana. Membaca juga mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan seseorang baik di masa kini maupun masa depannya.

Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis dan memahami teks tertulis secara kritis, interpretative dan informatif. Pada dunia pendidikan, literasi merupakan elemen utama yang merupakan alat bagi peserta didik untuk mengenali, memahami dan menerapkan wawasan pengetahuan yang mereka peroleh dari sekolah. Seiring perkembangan zaman, literasi tidak hanya soal membaca dan menulis namun juga diartikan sebagai kemampuan berbicara, berhitung, memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, memahami, dan menggunakan potensi kemampuan diri. Terdapat enam jenis literasi yaitu literasi membaca dan menulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, serta literasi budaya dan kewargaan.Setiap jenis literasi ini memiliki peran masing-masing dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan seseorang.

Indeks Literasi Indonesia

Dalam salah satu riset penelitian tentang literasi yaitu yang diselenggarakan oleh UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%.Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Riset berbeda yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity dalam survei yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked pada Maret tahun 2016 lalu menyatakan Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). 

Penelitian lain dilakukan oleh OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dalam PISA (Programme for International Student Assessment) tahun2018. Hasilnya untuk Indonesia, skor kemampuan membaca pelajar berusia 15 tahun di 10 Negara Asia (2018). Tiongkok 555, Singapura 549, Hongkong 524. sedangkan Indonesia 371. Survei kembali dilakukan dalam program yang sama tahun 2019 Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Tahun 2022, PISA juga menerbitkan Top 10 Skor Literasi dengan Skor Membaca Tertinggi  denganposisi nomor 1. Singapura 543, 2. Irlandia 516, Jepang 516, 4. Korea 515, 5. China Taipei 515, 6. Estonia 511, 7. Macao 510, 8. Kanada 507, 9. Amerika Serikat 504, 10. Selandia Baru501. Sedangkan Indonesia dengan skor 359 masih tertahan di peringkat 10 terbawah menempati peringkat 70 dari 80 negara.

Dalam kategori melek huruf, bukan paham literasi.Dilansir dari World Population Review, tingkat literasi global berada di angka 86,3% dengan tingkat literasi laki-laki sebesar 90% dan perempuan sebesar 82,7%. Untuk Indonesia dari data tahun 2020 memiliki tingkat literasi sebesar 96% dengan tingkat literasi laki-laki sebesar 97,4% dan perempuan 94,6 %. 

Selanjutnya, dari data penelitian yang digelar United Nations Development Programme (UNDP), indeks pembangunan manusia (IPM) di tingkat pendidikan yang ada di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu 14,6%. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan tingkat literasi Indonesia yang rendah.

Perbandingan dengan Negara-negara di Asia Tenggara

Berdasarkan hasil survey dalam PISA tahun 2022,masyarakat Indonesia jika dilihat tingkat literasinya hanya 62% kalah jauh dengan negara Korea yang sudah 97%. Sedangkan rata-rata negara ASEAN 70%. Indonesia masih kalah dengan negara Asia Tenggara lain yakni Thailand di posisi 63 dengan skor 379 dan Malaysia di posisi 60 dengan skor 388, serta Brunei Darussalam di posisi 44 dengan skor 429.

Hasil riset lain dalam kategori melek huruf atau dapat membaca dilansir dari World Population Review Di Asia Tenggara, negara maju seperti Brunei dan Singapura menempati posisi teratas dengan tingkat literasi tertinggi. Brunei menempati posisi pertama dengan tingkat literasi sebesar 98% dan Singapura berada di posisi kedua dengan tingkat literasi sebesar 97%. Indonesia, Filipina dan Vietnam  berada pada tingkat literasi 96%. Malaysia 95%, Thailand 94%.

Status indeks literasi digital Indonesia tahun 2023 diluncurkan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center. Hasilnya, daerah-daerah dengan Indeks Literasi Digital Tertinggi dari 34 Provinsi di Indonesia terdapat 10 Provinsi yang memiliki indeks literasi digital tertinggi. 1. Daerah Istimewa Yogyakarta 3,64; 2.Kalimantan Barat 3,64; 3.Kalimantan Timur dengan skor 3,62; 4.Papua Barat 3,62; 5. Jawa Tengah 3,61; 6. Papua Barat 3,61; 7. Jawa Barat 3,60;m 8. DKI Jakarta 3,59; 9. Kepulauan Riau 3,59; 10. Jawa Timur 3,58.

Data dari Badan Pusat Statistik (BSP) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada 2023 sebanyak 278,69 juta jiwa namun hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku (data tahun 2020). 

Tahun 2019, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan (Puslitjakdikbud), Balitbang Kemendikbud telah melakukan kajian yang bertujuan untuk (1) menelaah dimensi dan indikator yang dapat merepresentasikan aktivitas literasi membaca; dan (2) menyusun indeks untuk mengukur tingkat aktivitas literasi membaca. Hasil kajian ini ialah Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Indeks Alibaca) tingkat provinsi. Provinsi menurut peringkat dari tinggi ke rendah menunjukkan terdapat 3 provinsi dengan nilai indeks tertinggi, yaitu Provinsi DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Namun tiga provinsi tersebut belum mencapai kategori aktivitas literasi tinggi karena indeks ketiganya belum melampaui angka 80,01atau dengan kata lain masih berada di level aktivitas literasi sedang. Di peringkat terendah ialah Povinsi Papua, Papua Barat, dan Kalimantan Barat. Level aktivitas literasi sangat tinggi adalah pada angka 80,01-100,00. Tinggi 60,01-80,00. Sedang 40,01-60,00. Rendah 20,01-40,00. Sangat rendah 0-20,00. Dalam tataran nasional, tiga urutan tertinggi (walaupun masih dalam level literasi sedang) ditempati oleh DKI Jakarta 58,16, DI Yogyakarta 56,20, Kep. Riau 54,76. Pada level literasi rendah tiga teratas ditempati oleh Jawa Barat 39,47, Sulawesi Selatan 38, 82, Riau 38,71. Untuk rendah tingkat terbawah ada NTT 29,83, Kalimantan Barat 28,63, Papua Barat 28,25. Sedangkan untuk level literasi sangat rendah diduduki oleh Papua 19,90. 

Terbukti juga dengan survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ristek melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang dilakukan pada tahun 2021. Berdasarkan hasil asesmen nasional (AN) yang diselenggarakan Kementerian Pemddikan dan Kebudayaan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami darurat literasi; 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. Hasil AN 2021 konsisten dengan hasil PISA 20 tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD.

Penyebab Rendahnya Minat Baca 

​Rendahnya minat baca tentu saja tidak serta merta terjadi begitu saja misal hanya karena malas. Namun hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikategorikan menjadi dua yaitu faktor internal (dari dalam diri) dan faktor eksternal (dari luar diri) seperti berikut ini :

Faktor Internal

1. Kurangnya Minat Baca. Bagaimanapun faktor ini merupakan faktor utama dalam peningkatan diri dalam hal literasi. Tanpa niat maka tidak akan ada aksi. Tanpa aksi tidak akan ada dampak yang ditimbulkan. 

2. Malas membaca karena merasa banyak hiburan lain yang lebih variatif, murah dan menyenangkan

3. Serangan TV atau Gadget. Dewasa ini perkembangan teknologi seperti adanya TV kemudian Gadget yang memberikan banyak tayangan-tayangan yang menarik menjadi faktor yang semakin memperparah rendahnya minat baca. Bahkan yang awalnya mempunyai minat baca pun dapat sama sekali tidak berminat atau menurun kebiasaan membacanya karena lebih tertarik pada TV atau Gadget.

4. Adanya anggapan “Kutu Buku adalah Kudet (Kurang Up to date) atau Kuper (Kurang Pergaulan)”. Adanya anggapan ini karena banyaknya tampilan orang-orang pembaca buku selalu berkacamata tebal dan kurang modis. Sehingga mungkin ABG atau remaja takut dengan anggapan tersebut. Padahal sebenarnya tampilan dapat dirubah dan bahkan orang-orang yang kutu buku up to date terhadap  perkembangan wawasan dan pengetahuan. 

5. Membaca bukan prioritas utama karena terlalu sibuk hal-hal lain sehingga tidak ada pembiasaan atau jadwal untuk membaca . Sekalipun hobi setiap orang berbeda-beda seperti berolahraga, berkebun, beternak, mendaki gunung, membuat kerajinan dan lain-lain serta membaca tidak dijadikan prioritas utama namun tidak boleh ditinggalkan juga karena membaca pun dapat menunjang hobi-hobi yang lain. Dengan membaca sumber-sumber literasi yang berkaitan dengan hobi yang digeluti untuk lebih mengembangkannya.

Faktor Eksternal

1. Pengaruh lingkungan (keluarga, masyarakat atau sekolah). Kurangnya perhatian dan tidak adanya dukungan dari orang tua terhadap pembiasaan membaca dan disiplin belajar sehingga menyebabkan siswa kurang termotivasi. Lingkungan masyarakat yang tidak mendukung contoh teman-teman yang orientasinya bukan membaca atau lingkungan sekitar yang tidak memiliki akses/sarana prasarana literasi. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang formal belum atau tidak memiliki kurikulum yang mengarahkan pada penguatan literasi

2. Kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadi faktorrendahnya literasi karena kepemilikan  buku tidak dijadikan sebagai orientasi utama melainkan ketersediaan pangan setiap hari yang harus tetap dipertahankan.

3. Sarana literasi yang kurang memadai. Aksesibilitas kepada sumber-sumber literasi fisik yaitu buku, majalah dan koran serta tempat-tempat yang menyediakannya seperti perpustakaan atau toko buku yang sulit dijangkau terutama di daerah pedesaan dan kalangan masyarakat kurang mampu. Untuk literasi digital, keterbatasan akses teknologi dan internet yang menyebabkan banyak daerah di pedesaan dan pelosok-pelosok Indonesia yang belum terjangkau oleh jaringan internet.

4. Kualitas Pendidikan. Kualitas pendidikan juga memengaruhi minat literasi. Ketidaksetaraan dankurangnya fasilitas pendidikan yang memadai seperti adanya ketimpangan antara yang di kota dan desa dapat mempengaruhi minat literasi terutama di pedesaan yang banyak kurang apapun tentu saja mengakibatkan minat literasi rendah. 

5. Mahalnya harga buku. Faktor yang terlihat nyata bagi masyarakat Indonesia adalah harga buku yang relatif mahal oleh karena itu masyarakat lebih memilih membeli sembako (kebutuhan pokok untuk pangan) dibandingkan membeli buku.

Dampak Negatif Kurangnya Literasi

Dampak pada Diri Pribadi

1. Karena malas membaca menjadi kurang wawasan dan pengetahuan yang dimiliki

2. Sulit memahami materi pelajaran sehingga menghambat perkembangannya untuk mencapai pendidikan yang berkualitas  

3. Minimnya wawasan dan pengetahuan yang dimiliki mengakibatkan memiliki Pola Pikir Dangkal, sulitnya bersosialisasi dalam masyarakat atau lingkungan pergaulannya, sulitnya mendapatkan pekerjaan, sulitnya mengembangkan potensi diri dan menjadi minder atau kurang percaya diri

4. Menjadi orang yang apatis yaitu tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan cenderung egois

5. Meciptakan kemiskinan untuk dirinya sendiri yang akan berpengaruh juga pada kehidupan keluarganya

6. Tidak Krearif dan Kurang Ide. Membaca dapat menggali dan mengembangkan ide dan kreatifitas sehingga membuat orang dapat menjadi lebih kreatif dan banyakide. 

7. Kurang wawasan dan pengetahuan dapat menjadi salah satu faktor penghambat dalam berkarir. Di jaman yang serba kompetitif ini, seseorang dituntut untuk cerdas.

Dampak pada Masyarakat

1. Lingkaran kebodohan masyarakat yang meluas dan tidak berhenti serta berlangsung terus-menerus sehingga sulit membangun masyarakat yang tertib dan beradab

2. Tingkat produktivitas manusia yang rendah menjadikansulitnya menciptakan masyrakat yang maju.

3. Rendahnya minat literasi akan membuat pendidikan menjadi tidak berkualitas. sehingga gagal berkontribusi untuk kemaslahatan masyarakat

4. Rendahnya minat literasi menjadikan mudahnya putus sekolah karena menganggap pendidikan dan sekolah itu tidak penting

5. Tingginya angka putus sekolah mengakibatkan banyaknya kualitas SDM yang rendah sehingga meningkatkan angka pengangguran

6. Kemiskinan yang merajalela menjadi beban dan menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat

7. Rendahnya minat literasi yang dapat menimbulkan pengangguran dan kemiskinan akan diikuti oleh meningkatnya kejahatan kriminalitas dan premanisme

8. Penyebaran hoaks yang semakin marak jika tidak dibarengi dengan banyak berliterasi mengenai informasi-informasi baru tentang apapun maka tidak akan ada kebijaksanaan dalam merespon berita-berita hoaks tersebut sehingga akan menimbulkan perasaan dan sikap perilaku yang emosional, penuh sentiment yang rentan akan konflik

Dampak Bagi bangsa dan Negara

1. Rendahnya minat literasi akan menjadikan pendidikan tidak berkualitas karena banyaknya SDM yang rendah sehingga pembangunan negara akan susah berkembang dan maju

2. Negara yang tidak berkembang dan maju akan mudah diintervensi atau diinvasi secara halus (dieksploitasi) baik dari segi ekonomi, politik maupun sosial budayanya oleh pihak luar/asing. Hal ini secara tidak sadar akan menimbulkan ketergantungan dalam negeri  terhadappihak luar/asing tersebut.

3. Peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Literasi yang rendah akan kesulitan mengakses pekerjaan dan pendapatan yang layak bahkan yang paling parah yaitu meningkatnya pengangguran sehingga menjadi beban dan menghambat perekonomian negara

4. Menurunnya sikap kerukunan dan toleransi akankeberagaman akibat maraknya penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme. Hal ini rentan akan perpecahan dan konflik di dalam masyarakat  dan mengganggu stabilitas nasional sehingga dapat  menimbulkan disintegrasi bangsa

5. Lunturnya rasa cinta tanah air dan hilangnya jati diri atau identitas sebagai bangsa Indonesia karena digantikan oleh kekaguman dan peniruan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa lain

Pentingnya Budaya Literasi

Dengan melihat berbagai dampak diatas mulai dari dampak pada diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara yang ditimbulkan karena rendahnya literasi maka sangat ugent dan penting membudayakan secara aktif kegiatan literasi ini.Lingkaran setan yang dihasilkan dari kemalasan, kebodohan dan berbagai faktor yang menyebabkan minat literasi rendah mengakibatkan beberapa dampak fatal bagi keberlangsungan hidup tidak hanya pada diri pribadi tetapi juga masyarakat dan bangsa negara. Seperti kemiskinan, pengangguran, berbagai bentuk kejahatan kriminalitas, konflik, perpecahan, disintegrasi bahkan eksploitasi dari pihak lain. Jika tidak segera ditangani permasalahan ini maka kehancuran negara akan tidak lama lagi di depan mata. Oleh karena itu, permasalahan literasi ini semata bukan hanya tanggung jawab pemerintah ataupun lembaga pendidikan yaitu sekolah saja melainkan harus menjadi kerja dan tanggung jawab bersama berbagai komponen bangsa secara hirarki maupun horizontal mulai dari pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, keluarga dan diri sendiri. Selain itu yang paling penting adalah budaya literasi sangat berperan dalam peningkatan pendidikan karakter manusia. Budaya literasi yang diajarkan sejak dini akan membentuk pribadi yang cerdas dan beradab. Kepribadian yang unggul seperti ini akan mempercepat pembangunan masyarakat dalam bidang apapun dan menuju pada kemajuan serta kemakmuran bangsa. 

Upaya dalam Peningkatan Budaya Literasi di Indonesia

Beberapa upaya utuk mendorong peningkatan indeks literasi di indonesia yang tujuan utamanya tentu saja membudayakan literasi untuk mencerdaskan kehidupan rakyat telah dilakukan oleh pemerintah melalui pembuatan beberapa aturan atau program-program yang secara berkala dan konsisten selalu dilakukan demi penyempurnaan dan peningkatan. Dirangkum dari berbagai sumber yang didapat penulis berikut ini adalah beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam hal yang berkaitan dengan pembudayaan literasi diantaranya :

• Menerbitkan Payung Hukum mengenai system pendidikan nasional, perpustakaan, system perbukuan, panduan gerakan literasi nasional

• Pemberdayaan kegemaran membaca melalui fasilitas buku murah

• Penyelenggaraan budaya literasi termasuk literasi digital yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional dan Dinas Perpustakaan Kearsipan yaitu dengan adanya aplikasi/website yang memungkinan untuk mendowload buku/arsip  secara gratis.

• Melaksanakan Gerakan Nasional Gemar Membaca

• Melaksanakan Transformasi Perpustakaan

• Meluncurkan Program Merdeka Belajar di bidang Pendidikan 

• Pengembangan kapasitas literasi. Contoh program dan kegiatan dari Kemendes PDTT untuk pengembangan literasi yang bermuara pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Desa yang meliputi 18 tujuan. SDGs Desa adalah upaya terpadu pembangunan desa untuk percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. SDGs Desa merupakan arah kebijakan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

• Untuk mempercepat peningkatan sarana dan prasarana akses literasi masyarakat, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengirimkan buku bacaan bermutu sebanyak 2.9 juta ke daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di NTT dan NTB. Tidak hanya itu saja, badan ini juga menyediakan akses Buku Digital kepada seluruh masyarakat.

• Pemerintah melalui Perpusnas dalam program Merdeka Belajar menyediakan paket lengkap yang meliputi pemilihan buku bermutu, penjenjangan buku sesuai dengan kemampuan baca anak, pencetakan dan pengiriman buku langsung ke sekolah, serta pelatihan pendampingan bagi guru di sekolah penerima buku.

• Peluncuran Satelit Satria 1 ke titik orbit untuk meningkatkan layanan akses internet sehingga masyarakat Indonesia dapat memperoleh informasi dengan cepat dan tepat,

• Untuk memfasilitasi pembudayaan literasi sejak usia dini dalam Sipres No 91/sipres/A6/II/2023 disebutkan pemerintah mengirim 15 juta eksemplar buku bermutu ke lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang membutuhkan di indonesia. 

• Kementerian Kominfo juga melakukan gerakan tingkat literasi digital dengan cara berkolaborasi dengan layanan video pendek Tik Tok, berpokus pada pada literasi digital dan mengedukasi pengguna internet untuk mempersiapkan Indonesia cakap digital. Bahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah menjadikan literasi digital sebagai salah satu konsep dalam kurikulum 2013. 

• Kementerian Koordinator bidang kemaritiman dan Investasi meluncurkan film series yang berjudul Mangi-Mangi. Pembuatan film ini bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat dengan pengetahuan tentang kemaritiman di Indonesia.

• Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memperkuat budaya literasi melalui tiga program. Pertama, Program Literasi Keluarga yaitu penyiapan konten literasi keluarga dan penyusunan panduan literasi di keluarga seperti membacakan buku mendongeng, dan lainnya. Kedua, Program Literasi Satuan Pendidikan yaitu penyusunan panduan literasi dalam pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Ketiga, Program Literasi Masyarakat merupakan peningkatan akses dan konten literasi masyarakat melalui peningkatan layanan perpustakaan secara nasional

• Kementerian Komunikasi dan Informatika mensosialisasikan program yang tengah berjalan adalah Siber Kreasi. Melalui program ini, pemerintah dan komunitas masyarakat mensosialisasikan literasi digital ke berbagai sektor terutama pendidikan, antara lain, mendorong dimasukkannya materi literasi digital ke dalam kurikulum formal. Hal ini dikarenakanpeningkatan pengguna internet belum dibarengi dengan peningkatan literasi digital. 

Upaya yang dapat dilakukan di Sekolah

Selain pemerintah sebagai pemangku kewenangan yang utama, sekolah sebagai lembaga Pendidikan adalah merupakan ujung tombak dari pembangunan SDM Indonesia maka wajib untuk turut serta melaksanakan pembudayaan dan penguatan literasi sesuai dengan tujuan utama pendidikan yaitu mecerdaskan kehidupan bangsa. Beberapa upaya yang telah atau dapat dilakukan di sekolah adalah antara lain :

• Memperbanyak buku-buku yang bermutu di perpustakaan sekolah di luar buku paket mata pelajaran semisal buku-buku biografi, peristiwa Sejarah atau novel sastra Indonesia 

• Mengikuti dan menerapkan secara konsisten program-program dari pemerintah mengenai penguatan budaya literasi

• Menyediakan jam khusus untuk literasi di luar jam mata pelajaran 

• Memprogramkan pembuatan satu tahun satu tulisan berupa artikel, makalah atau   buku yang ditulis oleh setiap siswa dan guru

• Membentuk kegiatan atau forum khusus (seperti ekstrakulikuler) yang mendiskusikan  buku-buku di luar buku paket mata pelajaran

Upaya yang Dapat Dilakukan Masyarakat

Berbagai lembaga di masyarakat pun baik dari tingkat terendah sampai tertinggi di lingkungan RT/RW, desa, kelurahan, kabupaten, kotamadya atau provinsi dapat melakukan upaya-upaya pembudayaan dan penguatan literasidemi mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, aktif, produktif dan sejahtera seperti diantaranya sebagi berikut :

• Pembangunan taman bacaan di lingkungan masyarakat

• Penyediaan buku-buku yang bermutu dan bermanfaat bagi segala jenjang usia 

• Pembentukan perkumpulan pemuda yang mendiskusikan buku-buku yang relevan untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran desa/kampung yang mereka tempati sehingga kegiatan nongkrong ini dapat bermanfaat

• Kegiatan Posyandu Balita dan Lansia juga disediakan buku-buku yang relevan dengan kegitan tersebut agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengasuhan, perawatan dan kesehatan 

• Dalam segala perayaan hari-hari besar keagamaan atau kebangsaan diadakan lomba membuat dan membaca puisi sendiri

Upaya yang Dapat Dilakukan Dalam Lingkup Keluarga

​Keluarga sebagai madrasah atau lingkungan pendidikan yang pertama mempunyai andil yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Oleh karena itu sangat penting peran keluarga dalam pembudayaan dan penguatan literasi ini. Hal-hal yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga adalah diantaranya :

• Mengutamakan pembatasan waktu bergadget sebagai langkah awal baik orang tua maupun anak

• Pemberian perhatian dan motivasi orang tua kepada anak terutama dalam hal pentingnya literasi, belajar dan sekolah demi masa depan

• Membelikan buku atau meminjam buku dari perpustakaan (dapat dilakukan bagi yang tidak mampu)

• Menyediakan waktu untuk duduk bersama anak atau sekeluarga mendiskusikan banyak hal (termasuk pengalaman hidup atau buku) dan memberikan pesan-pesan moral 

• Membangun perpustakaan kecil di rumah

Penulis: Nina Dwitya Febriyanti, S.Pd, M.Sos

banner 336x280
banner 728x90
Exit mobile version