banner 728x90

Yayasan Rekat Sosialisasi Pentingnya Deteksi Dini TB pada Ibu Hamil dan Anak Stunting

Yayasan Rekat Peduli Indonesia mengadakan sosialisasi bertajuk "Pentingnya Deteksi Dini: Kenali Tanda-tanda TB pada Ibu Hamil dan Anak Stunting" di Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur (Jatim), Rabu (17/03/2024). (Foto: Ist)
banner 468x60

SURABAYA – Tuberkulosis (TB) menjadi permasalahan yang kompleks di Indonesia baik dari segi kesehatan, ekonomi maupun sosial. 

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI kasus penemuan TB di Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka 724.000 kasus dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus. 

banner 336x280

Penyakit ini menjadi penyumbang angka kematian sebesar 93 ribu per tahun atau sama dengan 11 kematian per jam.

Karenanya dalam menuntaskan permasalahan TB di indonesia dibutuhkan kolaborasi antar sektor dan pendepakatan yang holisitk. Sehingga Strategi Nasional dalam Eliminasi TB tahun 2030 dapat tercapai sesuai target.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Yayasan Rekat Peduli Indonesia mengadakan sosialisasi bertajuk “Pentingnya Deteksi Dini: Kenali Tanda-tanda TB pada Ibu Hamil dan Anak Stunting” di Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Camat Wiyung, Budiyono, menyampaikan, kolaborasi antar sektor sangat berpengaruh guna mencapai Strategi Nasional dalam Eliminasi TB tahun 2030 dan target eliminasi TB pemerintah Kota Surabaya di tahun 2026 mendatang. 

“Semakin masif kolaborasi antar pemerintah dan komunitas yang bergerak dibidang TB semakin cepat pengentasan TB di Indonesia,” ujar Budiyono, Rabu (27/03/2024).

Sementara itu, Priyo Susilo S.Kep.NERS dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, mengatakan, kian hari, fenomena Tuberkulousis di Indonesia seperti gunung es yang semakin digali semakin banyak yang ditemukan.

“Karenanya peningkatan akses kesehatan, untuk TB dan intervensi sanitasi dari pemerintah guna mengatasi masalah TB,” ujar Priyo Susilo.

Direktur Yayasan Rekat Peduli Indonesia, Ani Hernasari mengatakan kegiatan tersebut merupakan kegiatan ketiga REKAT di Kecamatan Wiyung. 

“Organisasi kami merupakan organisasi yang 90% anggotanya merupakan pasien TB RO yang masa pengobatannya 18 bulan. Kami membuat organisasi ini dengan tujuan agar teman-teman penyintas TB tidak merasa sendirian dan kehilangan semangat,” bebernya.

“Karena seberat apapun pengobatannya, seberat apapun efeknya penyakit TB masih bisa diobati,” sambung Ani Hernasari.

Melalui pemaparan materi TB, dr. Suluh Rahardjo selaku Kepala Puskesmas Wiyung menyampaikan penularannya penyakit TB ini melalui droplet atau udara melalui bersin, batuk, atau berbicara. 

Gejala TB umumnya termasuk batuk, penurunan berat badan, berkeringat di malam hari, dan demam.

“Perlu adanya informasi akurat mengenai TB yang disampaikan secara masif sehingga tidak ada informasi yang keliru di masyarakat yang menyebabkan stigma buruk tentang TB,” jelasnya.

Mendeteksi TB dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan BTA, pemeriksaan darah lengkap, dan pemeriksaan BACTEC dapat dilakukan baik pada orang dewasa maupun anak-anak. 

Pencegahan TB dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta memastikan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah.

Pengobatan TB umumnya memakan waktu 6-8 bulan dan seringkali menyebabkan efek samping, namun penanganan efek samping yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi tersebut.

Secara umum, efek samping obat pada pengobatan TB bersifat ringan, efek samping minor dapat ditangani secara suportif tanpa memerlukan penghentian terapi. 

Hal ini menunjukkan perlunya pemantauan yang cermat dan pendekatan yang holistik dalam penanganan TB guna memastikan keselamatan dan keberhasilan terapi bagi penderitanya.

Semakin banyak kasus TB yang terdeteksi maka potensi penyitas dapat disembuhkan akan meningkat dan penularan dapat ditekan. (***)

banner 336x280
banner 728x90
Exit mobile version