banner 728x90

Kisah Coffeenensis Edukasi Petani Kopi di Lereng Gunung Kawi

Coffeenensis edukasi petani kopi di lereng Gunung Kawi. (Foto: Renaldi Yoga Wibawa)
banner 468x60

MALANG – Kopi saat ini menjadi tren di kalangan anak muda Indonesia. Hal itu terlihat dari menjamurnya kafe atau coffee shop di berbagai daerah tak terkecuali di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu).

Dibalik kafe yang menyajikan kopi nikmat di Malang, ada tangan-tangan petani kopi yang tak bisa dilupakan. Karena kualitas kopi yang baik tak hanya di dukung dari barista yang handal, namun harus ada upaya penjagaan proses dari hulu ke hilir.

banner 336x280

Jika kualitas kopi yang dihasilkan petani buruk, maka rasa kopi yang tersaji di kafe pun akan berpengaruh terhadap rasa. Hal inilah yang menjadi permasalahan besar bagi dunia perkopian. Dibutuhkan sinkronisasi antara petani kopi dengan penggiat kopi.

Berawal dari permasalahan itu, Coffeenensis, kafe yang beralamat di Jalan Rajekwesi No. 18, Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang ini, mencoba memberikan edukasi kepada petani kopi di Lereng Gunung Kawi, tepatnya di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Coffeenensis edukasi petani kopi di lereng Gunung Kawi. (Foto: Renaldi Yoga Wibawa)

Coffeenensis yang diinisiasi oleh 5 pemuda yakni Bima Adinugroho, Rangga, Priska, Noara dan James, prihatin melihat kondisi kopi di lereng Gunung Kawi tersebut.

“Ketika kita kesana, banyak kopi busuk yang tertumpuk, petani bingung tidak punya pasar,” ujar Bima Adinugroho, salah satu Owner Coffeenensis, Sabtu (09/04/2022).

Melihat kondisi tersebut, tim Coffeenensis memutuskan untuk ikut andil dalam mengedukasi petani kopi, mengambil peran dalam penanganan proses sebelum hingga pasca panen.

Bima dan 4 teman-temannya, bertekad untuk menggaungkan kembali kejayaan kopi Gunung Kawi, tentunya untuk menghasilkan biji yang berkualitas dan grade terbaik.

Coffeenensis edukasi petani kopi di lereng Gunung Kawi. (Foto: Renaldi Yoga Wibawa)

“Setelah vakum saat pandemi beberapa tahun lalu, akhirnya kita berlima kembali lagi untuk mengenalkan Kopi Gunung Kawi. Untuk saat ini mulai panen, kita bagi tugas, sebagian dampingi petani untuk proses panennya, sebagian lagi kita carikan pasar,” bebernya.

Berkat kegigihan 5 pemuda itu, dan kemauan petani untuk maju, Kopi Gunung Kawi khususnya Desa Babadan kini memiliki pasar dan diterima di berbagai kalangan.

“Setelah perjalanan panjang sempat ditolak pasar, dan melewati berbagai ekseperimen, akhirnya Kopi Gunung Kawi diterima, sekarang sudah terdistribusi di Bali, sebagian ada pelanggan di Malang, sekarang kita coba buka pasar ke Jogja dan Jakarta,” pungkas Bima.

banner 336x280
banner 728x90
Exit mobile version